Tradisi tersebut diikuti oleh hampir seluruh warga Desa Bandung. Mereka membuat dan menerbangkan balon-balon tersebut secara berkelompok di setiap gang desa.
Balon udara dibuat dari kertas minyak warna warni dengan ukuran beragam, mulai dari tujuh hingga 10 meter. Aneka warna tersebut merupakan simbol perbedaan yang akan menjadi indah jika disatukan.
Nur Asrofi, tokoh masyarakat Desa Bandung, menjelaskan, tradisi tersebut mengajarkan kepada warga agar tetap mengedepankan persatuan meski di antara mereka berbeda agama dan suku.
Bagi warga Desa Bandung, menerbangkan balon udara tersebut sudah menjadi tradisi turun temurun. Acara tersebut digelar usai puasa Syawal atau tujuh hari pasca-Idul Fitri.
Karena sangat besar, balon tersebut harus diterbangkan oleh beberapa orang. Setelah diisi dengan asap selama hampir 30 menit, satu per satu balon udara dilepas ke angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar